Jakarta
— PT Bank Raya Indonesia Tbk (“Bank
Raya” atau “Perseroan” atau “Bank”) pada hari ini telah
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (“RUPST”). RUPST dihadiri oleh para pemegang saham yang mewakili
89,12% atau sejumlah 20.272.728.972 saham dari seluruh jumlah saham yang
dikeluarkan oleh Perseroan. Pada RUPST Bank Raya yang diselenggarakan pada 31
Maret 2022 memutuskan beberapa mata acara, di antaranya: Persetujuan Laporan
Tahunan dan Pengesahan Laporan Keuangan Perseroan, Laporan Realisasi Penggunaan
Dana Hasil Penawaran Umum Terbatas dan Perubahan Susunan Pengurus.
Paparan Kinerja
Pada RUPST, Direksi
Perseroan memaparkan kinerja Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31
Desember 2021. Di tengah periode yang menantang, Bank Raya masih membukukan
kinerja yang baik, ditopang oleh kegiatan operasional Bank Raya yang dijalankan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dan manajemen
risiko yang baik, serta kewajiban penyediaan modal minimum yang telah
ditetapkan oleh regulator.
Walaupun terjadi
perlambatan sebagai dampak dari proses transformasi menjadi bank digital yang
sedang berlangsung, secara umum, Bank Raya masih dapat menjalankan fungsi
intermediasi dengan baik yang tercermin dari sejumlah indikator kinerja yang
menunjukkan perkembangan yang positif.
Dari sisi biaya bunga,
Perseroan berhasil menjalankan bisnisnya dengan biaya bunga yang lebih efisien,
sehingga terdapat penurunan beban bunga yang cukup signifikan pada akhir 2021,
yaitu sebesar 40,80% dibandingkan dengan tahun sebelumnya (YoY) menjadi
Rp773,62 miliar. Penurunan ini diiringi dengan kegiatan operasional yang dapat
dijalankan secara efisien, sehingga tanpa memperhitungkan cadangan kerugian
penurunan nilai (CKPN) atas aset, Bank Raya membukukan pre-provisioning operating profit (laba operasional sebelum
pencadangan) sebesar Rp582 miliar atau naik 53,18% YoY dibanding dengan periode
yang sama tahun sebelumnya. Beberapa rasio lain yang juga memperlihatkan solidnya
pertumbuhan bisnis Bank Raya adalah melalui rasio margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) dan rasio
kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM/CAR) yang berhasil dijaga sesuai
target yang ditetapkan pada Rencana Bisnis Bank, yaitu masing-masing sebesar
3,87% dan 20,24%.
Selain itu, transformasi
bisnis Bank Raya dari bisnis legacy
menuju pengembangan bisnis kredit digital telah menyumbangkan pertumbuhan pada
penyaluran kredit digital melalui aplikasi PINANG (Pinjaman Tenang).
Pertumbuhan kredit digital melalui Pinang Connect, Pinang Maksima, Pinang
Performa dan Pinang Flexi tercatat mencapai Rp488 miliar pada akhir 2021 atau
naik sebesar 6 kali lipat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini
memperlihatkan komitmen Bank Raya untuk dapat terus memperluas akses penyaluran
kredit yang merata di Indonesia.
Tumbuhnya penyaluran
kredit digital Bank Raya merupakan salah satu manfaat yang dihasilkan dari
transformasi bisnis Perseroan menjadi bank digital. Meski demikian, Bank Raya
tengah melakukan pengelolaan terhadap kredit tidak lancar yang berasal dari
bisnis legacy. Untuk mendukung
transformasi yang dijalankan Perseroan, khususnya dalam peralihan dari bisnis legacy, maka Bank Raya membukukan
kenaikan pencadangan (CKPN) yang cukup signifikan. Pembukuan tersebut membuat
profitabilitas mengalami penurunan yang tajam, sehingga pada untuk tahun 2021,
Bank Raya membukukan rugi bersih sebesar Rp3,05 triliun.
Bank Raya mencatatkan
penyaluran kredit yang diberikan sebesar Rp11,61 triliun. Jumlah ini mengalami
penurunan sebesar 40,45% YoY dibandingkan tahun sebelumnya karena perubahan
portofolio bisnis dari bisnis menengah ke bisnis digital. Dari sisi penyaluran
dana pihak ketiga, Bank Raya mencatat dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp13,50
triliun, turun sebesar 41,31% YoY, yang mencerminkan kebijakan penurunan suku
bunga simpanan yang diambil Perseroan karena adanya penyesuaian kebutuhan dana
akibat perubahan fokus bisnis.
Capaian PMHMETD
Direksi Perseroan juga
melaporkan pada RUPST bahwa Bank Raya telah melaksanakan aksi korporasi dalam
bentuk Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (“PMHMETD”) pada tahun 2021, dalam rangka
memperkuat permodalan Bank Raya untuk memenuhi ketentuan regulator dalam
pemenuhan modal inti minimal Rp2 triliun pada akhir tahun 2021.
Melalui PMHMETD tersebut,
pemegang saham telah menyerap secara optimal saham baru yang diterbitkan
sebanyak 1.054.545.185 lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp1.100 per lembar
saham. Dengan harga pelaksanaan tersebut, Perseroan telah menghimpun dana
sebesar Rp1,16 triliun yang akan digunakan sepenuhnya untuk modal kerja
Perseroan dalam rangka penyaluran dana berbentuk kredit berbasis digital.
Bank Raya menyampaikan
apresiasi setinggi-tingginya terhadap seluruh pemegang saham atas dukungan yang
diberikan dalam PMHMETD Bank Raya. Perseroan berharap hal ini dapat terus
mendukung kinerja dan permodalan dalam waktu mendatang, sekaligus menjadi
komitmen Bank Raya untuk terus bertumbuh dan memberikan manfaat bagi seluruh
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Perubahan Susunan Pengurus
RUPST menyetujui
pengangkatan anggota Dewan Komisaris dan Direksi baru, sehingga pada penutupan
dari RUPST 2022 hingga RUPST berikutnya, susunan Dewan Komisaris dan Direksi
Perseroan adalah sebagai berikut:
Dewan
Komisaris |
|
Komisaris Utama |
: Rudhy Sidharta* |
Komisaris Independen |
: Eko B. Supriyanto |
Komisaris Independen |
: Rina Sa’adah |
Komisaris Independen |
: Rama G. Notowidigdo |
Komisaris |
: Achmad F. C. Barir |
Direksi |
|
Direktur Utama |
: Kaspar Situmorang |
Direktur Enterprise Risk Management, Compliance & Human Resources |
: Ernawan |
Direktur Keuangan |
: Akhmad Fazri* |
Direktur Retail Agri
dan Pendanaan |
: Dedy Hendrianto* |
Direktur Digital dan
Operasional |
: Bhimo Wikan Hantoro |
* Efektif setelah Penilaian Kemampuan dan Kepatutan disetujui OJK
Tinjauan Bisnis ke Depan
Dengan visi Bank Raya
untuk menjadi The Best Digital Bank by
Becoming House of Fintech & Home for Gig Economy, Bank Raya akan terus
mengembangkan ekosistem digital dengan target pasar gig economy melalui pendekatan komunitas. Salah satu wujud
pengembangan ini adalah melalui kolaborasi dengan berbagai perusahaan teknologi
finansial (tekfin), dengan harapan kolaborasi tersebut akan menghasilkan
pemetaan sektor unggulan yang memanfaatkan layanan keuangan yang disediakan
perusahaan-perusahaan tekfin, di mana Bank Raya bisa mengambil peran penting
sebagai penyedia layanan perbankan digital.
Selain itu, Bank Raya
juga akan terus memperkuat infrastruktur teknologi agar dapat beroperasi
sebagai bank digital secara penuh, khususnya dengan adopsi berbagai teknologi
terkini dan kolaborasi erat dengan Grup BRI untuk meningkatkan daya saing di
tengah persaingan ketat dalam industri perbankan Indonesia.
Pada akhirnya, Bank Raya
optimis menghadapi tahun 2022 dan tahun-tahun berikutnya dengan baik. Dengan
demikian, dalam rangka menjalankan transformasi bisnis Bank Raya untuk
mewujudkan visinya tersebut, Bank Raya akan terus melakukan berbagai
peningkatan internal serta penguatan terhadap aspek sumber daya manusia agar
Bank Raya semakin siap menghadapi persaingan di antara bank digital.
###